پایگاه اطلاع رسانی آیت الله ابراهیم امینی قدس سره

Pelajari dengan Baik Karakter Anak Didik

Pelajari dengan Baik Karakter Anak Didik

 

Mendidik adalah aktivitas yang sangat mulia, menuntut kemampuan yang tidak sedikit dan pengetahuan yang sangat luas. Para pendidik akan berhasil menjadi pendidik yang baik kalau mereka memiliki pengetahuan yang luas dan telah mempersiapkan segalanya dengan baik. Di bawah ini akan kami jelaskan secara ringkas apa saja yang diperlukan oleh seorang pendidik.

 

Memahami Karakter Calon Terdidik

 

Seperti yang telah anda pahami bahwa pendidikan (tarbîyah) di sini artinya adalah memberikan kesempatan bagi manusia untuk mengembangkan potensi-potensi jasmani dan mental, serta membimbing mereka ke arah yang diharapkan dan mengupayakan agar mereka meninggalkan hal-hal yang tidak diharapkan. Seorang pendidik tidak akan mengalami kesulitan menangani anak didiknya jika sebelumnya memiliki pemahaman yang benar tentang karakter anak didiknya. Ia mengetahui potensi-potensi fisik, kecenderungannya, cita-cita dan minat mereka. Informasi tersebut sangat membantu untuk menyiapkan cara dan metode yang tepat dalam mengembangkan potensi diri anak-anaknya serta bagaimana mengatasi kelemahan-kelemahan yang akan merintangi proses pengembangan dirinya.

 

Jean Soto mengatakan

“Setiap anak-anak memerlukan metode penanganan tersendiri karena setiap individu manusia itu sangat unik. Seluruh karakter manusia itu harus didekati dan dipahami secara spesifik dan maksimal. Sel-sel otak manusia misalnya sangat luar biasa dan memerlukan pengetahuan yang luar biasa pula. Perbedaan manusia itu bukan hanya karena faktor-faktor IQ saja tapi juga faktor lain yaitu karakter yang termasuk juga akhlak, kepribadian dan pembawaannya dan sebagainya.”

Seorang pendidik kalau bisa harus memahami seluruh keunikan manusia. Ada dua jenis keunikan dalam diri anak-anak:

 

Keunikan Secara Individual

Keunikan itu adalah ciri-ciri dan sifat-sifat khususnya yang dimiliki setiap individu tanpa memperhitungkan kematangannya (maturity). Ada beberapa perbedaan individual ini antara lain:

1. Perbedaan secara fisik. Setiap anak memiliki bentuk fisik tertentu yang berbeda dengan anak-anak yang lain. Ada anak yang memiliki bentuk fisik yang sempurna, ada juga yang tidak sempurna, ada yang memiliki bentuk fisik yang kukuh atau juga yang lemah. Perbedaan fisik ini karena perbedaan struktur organ-organ yang ada di dalam badan seperti jantung, otak, ginjal, saraf, alat-alat pernapasan dan alat-alat peredaran darah. Bahkan mungkin ada juga anak-anak yang berbeda dari sisi pancainderanya. Orangtua atau guru harus mempertimbangkan keunikan-keunikan tersebut.

2. Perbedaan dari sisi kognitif. Tidak semua anak memiliki kecerdasan yang sama. Sebagian anak memiliki kemampuan intelektual yang melebihi anak-anak sebayanya  sementara sebagian lain kecerdasannya sangat rendah sekali (slow learner). Di antara dua jenis anak itu ada jenis-jenis anak yang lain yang ada di antara dua level tersebut dan mungkin yang paling banyak. Dengan demikian para pendidik tidak bisa menyamakan metode yang diterapkan untuk membina mereka. Melakukan tes kecerdasan mutlak diperlukan sebelum melakukan pembinaan supaya tidak menyia-nyiakan bakat anak-anak yang cerdas dan tidak membebani anak-anak yang kurang cerdas.

3. Kecerdasan emosi dan karakter. Perbedaan-perbedaan ini bisa dilihat dari anak-anak sejak mereka kecil. Perbedaan karakter ini kalau dikelompokkan bisa panjang seperti: sangat aktif, pemalas, sama sekali tidak memiliki semangat untuk melakukan sesuatu, ada juga yang memiliki sifat yang sangat baik, atau yang mudah tersinggung, penakut, toleran, memiliki sikap yang periang, selalu berpikir positif, banyak berbicara, yang pendiam, suka mengisolasi diri, suka berinteraksi sosial, yang cepat percaya dan mudah terbujuk tapi ada juga anak yang merasa rendah diri, merasa superior, memiliki sifat sebagai seorang pemimpin, yang tidak suka diberi tanggung jawab, pemalu, stress, sebaliknya ada juga yang periang, mudah memaafkan, disiplin dalam menjaga kebersihan atau terbiasa dengan kotor, teratur ada juga yang tidak teratur, suka menolong dan tidak suka menolong dan yang lainnya. Sifat-sifat atau karakter-karakter seperti itu kadang-kadang bersifat perolehan (iktisabi) dan kadang-kadang warisan atau karena pengaruh lingkungan.

Sebagian anak-anak dari semenjak kecil sudah mewarisi sifat-sifat seperti ini. Karakter-karakter ini bisa jadi turunan dari orangtua mereka atau karena faktor genetik yang diwariskan dari orangtua mereka, atau juga karena faktor-faktor nutrisi, ketika terjadinya pembuahan atau karena pengaruh ketika masih dalam kandungan, atau faktor-faktor kualitas pemberian air susu ibu, atau juga karena lingkungan sekitar hidupnya.

Sifat atau karakter seperti ini baik berasal dari warisan atau karena faktor-faktor lain harus menjadi bahan pertimbangan. Sebagian anak misalnya sangat peka dengan sesuatu peristiwa yang sangat tidak menyenangkan, sementara sebagian lagi mungkin memperlihatkan sikap tenang dan kalem. Semua anak bisa dibina tetapi dengan pendekatan yang berbeda-beda.

Setiap karakter menuntut pendekatan dan penanganan yang khusus, karena kalau melupakan keistimewaan individual maka hasil yang diharapkan tidak akan maksimal.

Seorang guru atau pendidik harus dapat membaca karakter anak didiknya dengan baik dan keunikan-keunikan mereka, supaya menjadi panduan yang tepat dalam memberikan pola asuh yang baik. Tetapi juga harus diakui sangatlah tidak mudah mengetahui karakter-karakter tersebut. Untuk mengorek atau menyelami kekhasan masing-masing anak menuntut kesabaran dan pendekatan personal yang terus menerus.  Para ilmuwan telah menyodorkan berbagai metode untuk mengetahui karakter anak-anak tersebut, namun ada satu metode yang paling baik yaitu dengan melakukan pengamatan atas anak-anak serta memantau bagaimana mereka menangani setiap permasalahan, khususnya ketika mereka sedang bermain-main dengan anak-anak yang lain atau ketika  ada dalam suatu lingkungan atau ketika bergaul dengan orang-orang dewasa, terutama  kalau menemui orang-orang baru.

Jika diamati secara seksama seorang pengamat akan mendapat gambaran yang lumayan utuh mengenai kepribadian anak tersebut.

 

Jean Soto mengatakan:

“Setiap anak itu unik. Tujuan utama dari setiap pendidikan dan pengajaran adalah kita mendidik anak-anak kita dengan segala kekurangan dan segala potensinya yang ada  sehingga potensi ini bisa kita kembangkan untuk kebaikannya secara lebih maksimal lagi.”

Perbedaan dalam Kematangan atau Kedewasaan

Jenis kedua adalah hal-hal yang terjadi dan yang mempengaruhi kehidupan seseorang secara bertahap dalam diri manusia dari semenjak kecil hingga masa dewasa. Anak-anak itu mengalami perubahan mental. Ia beranjak semakin dewasa secara bertahap. Kedewasaan didefinisikan sebagai  proses perubahan  yang terjadi secara bertahap dalam diri seseorang. Transformasi ini tidak hanya terjadi dalam tubuh tetapi juga dalam otak, kepribadian dan emosi. Seorang anak yang telah dewasa akan mengalami perubahan secara fisik sampai ia menjadi matang sempurna. Seiring dengan perubahan fisik anak juga mengalami perkembangan kemampuan kecerdasan kognitif, emosi. Akhirnya si anak banyak belajar tentang segala hal, kemudian juga muncul naluri dan potensi baru di dalam dirinya.

Si anak akan memiliki kemampuan untuk mengunyah makanan, mendayagunakan pancainderanya, berdiri, duduk, bergerak, bangun, berjalan, menahan kencing, dan buang air besar, berbicara, membaca, menulis, menggambar, berpikir, belajar, bekerja, serta keterampilan-keterampilan lainnya. Semua kemampuan ini karena hasil dari perkembangan fisik dan akalnya. Kadang-kadang kemampuan ini memang dalam periode tertentu tidak berkembang sekaligus. Setiap kemampuan tersebut muncul dalam masa-masa tertentu dari perkembangan dan dalam kondisi tertentu. Ketika fisik dan akalnya mengalami perubahan maka secara bersamaan muncul juga dalam dirinya insting dan potensi lain yang kemudian menjadi semakin matang. Karena itu ada sebagian orang yang mengklasifikasikan kedewasaan menjadi beberapa bagian berikut dengan karakter-karakter masing-masing. Dari sinilah dapat diketahui betapa pentingnya menyelami tahapan-tahapan perkembangan kedewasaan seorang anak, potensi serta kebutuhan-kebutuhan khusus mereka, berikut kekuatan fisik serta kemampuan daya menyerap pelajaran yang mereka miliki.

Dengan berbekal pengetahuan yang lengkap seperti itu, seorang guru dan sang pendidik tentunya akan memberikan porsi pembinaannya disesuaikan dengan wadah kapasitas anak didiknya sehingga tidak akan terjadi pemaksaan atau memaksakan sesuatu yang ada di luar kemampuan si anak didik. Karena menurut saya salah satu kendala pendidikan adalah beranjak dari harapan-harapan si pendidik yang tidak realistis.

Sang pendidik atau guru yang tidak berusaha memahami kondisi dan kapasitas anak didiknya kemudian berusaha memaksakan sesuatu sesuai dengan harapannya sendiri tanpa mempertimbangkan anak didiknya maka akan mengalami kegagalan dalam menjalankan profesinya dan bahkan akan membawa dampak yang buruk terhadap anak didiknya. Karena itu sekali lagi hendaknya seorang guru dan pendidik harus berupaya untuk mendapatkan informasi tentang anak didiknya sebelum menyusun program pendidikan.

Setelah melewati proses tersebut ia juga harus mengawasi anak-anak tersebut. Ia harus berusaha menggali terus potensi anak didiknya sehingga sekali waktu ia menemukan sesuatu yang baru dalam anak didiknya segeralah berusaha untuk membantu anak tersebut supaya terus mengembangkan potensinya dan membantu agar tidak ada gangguan dalam proses tersebut, dan kalau diperlukan berikanlah penghargaan agar dapat memotivasi semangat mereka.

Jadi sangatlah tidak baik jika seorang guru atau pendidik memberikan motivasi atau penghargaan kepada anak didik yang belum diselami kepribadiannya dan kekuatan fisiknya, sebab sudah jelas jika memberikan sesuatu kepada anak didik tanpa pengetahuan yang memadai tentang dirinya bisa-bisa akan berakibat fatal bagi si anak didik. Mungkin pengetahuan tentang kelemahan dan kelebihan si anak dari sisi fisik tidak begitu penting, sebab yang  harus diperhatikan benar adalah potensi jiwa, kecerdasan, emosi dan karakternya. Semakin sang pendidik memahami secara lebih baik lagi maka semakin baik pula dalam melakukan langkah-langkah untuk membina mereka.