پایگاه اطلاع رسانی آیت الله ابراهیم امینی قدس سره

TUGAS BERAT PENANGGUNG JAWAB PENDIDIKAN

TUGAS BERAT PENANGGUNG JAWAB PENDIDIKAN

 

Pendidikan anak dan remaja adalah tanggung jawab semua kalangan dan memerlukan kerja sama semua individu dan lembaga yang terkait. Jika semua kalangan melaksanakan kewajibannya maka akan tercipta lahan yang kondusif untuk berlangsungnya pendidikan yang benar bagi individu dan program-program pendidikan pun akan bergerak maju. Namun, jika tidak ada kerja sama dan kesepahaman di antara semua kalangan dapat dipastikan program-program pendidikan tidak dapat terlaksana dengan baik. Oleh karena itu, mereka disebut sebagai penanggung jawab pendidikan, dan berikut saya akan menunjukkan tugas-tugas berat mereka.

 

Keluarga

Yang disebut dengan keluarga adalah orang-orang yang secara terus menerus atau sering tinggal bersama si anak, seperti ayah, ibu, kakek, nenek, saudara laki-laki dan saudara perempuan dan bahkan pembantu rumah tangga. Di antara mereka, ayah dan ibu disebabkan mempunyai tanggung jawab menjaga dan memelihara si anak dan yang menyebabkan si anak terlahir ke dunia, mempunyai peranan yang sangat penting dan kewajiban yang lebih besar bagi pendidikan si anak. Menjadi ayah dan ibu tidak hanya cukup dengan melahirkan anak, karena yang seperti ini juga dilakukan oleh hewan. Kedua orangtua dikatakan memiliki kelayakan menjadi ayah dan ibu manakala mereka bersunggung-sungguh dalam mendidik anak mereka. Islam menganggap pendidikan sebagai salah satu hak anak, yang jika kedua orangtua melalaikannya berarti mereka telah menzalimi anaknya dan kelak pada hari kiamat mereka dimintai pertanggungjawabannya.

Rasulullah saw telah bersabda, “Allah menamakan mereka orang-orang yang berbuat baik (abrâr) dikarenakan mereka berbuat baik kepada kedua orangtua dan anak-anak mereka. Sebagaimana ayah ibumu mempunyai hak atas kamu maka anak-anakmu pun mempunyai hak atas kamu.”[98]      

Dalam hadis lain Rasulullah saw bersabda, “Bantulah anak-anakmu pada kebaikan, karena setiap orang dapat mengeluarkan sikap durhaka dari anak-anaknya.”[99]

Beliau saw juga bersabda, “Wahai Ali, Allah melaknat ayah dan ibu yang menyebabkan anaknya durhaka kepadanya. Wahai Ali, sebagaimana seorang anak dapat berbuat durhaka kepada kedua orangtuanya maka seorang ayah dan ibu pun dapat berbuat durhaka kepada anak-anaknya. Wahai Ali, Allah mengasihi kedua orangtua yang menjadikan anak-anaknya berbakti kepada keduanya.”[100]

Imam Sajjad as berkata, “Adapun yang menjadi hak anakmu atas kamu ialah engkau harus tahu bahwa ia berasal darimu dan dinisbahkan kepadamu, dan kebaikan dan keburukannya di dunia ini dinisbahkan kepadamu. Engkau mempunyai tanggung jawab untuk mendidiknya, menunjukkannya kepada Tuhannya dan membantunya untuk taat kepada-Nya. Oleh karena itu, berbuatlah dalam urusannya seperti perbuatan orang yang tahu jika ia berbuat baik kepadanya maka ia mendapat pahala dan jika berbuat buruk kepadanya maka ia mendapat siksa.”[101]

Rasulullah saw bersabda, “Semua kamu adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan diminta pertanggungjawabannya atas orang yang dipimpinnya. Seorang penguasa adalah pemimpin dan penanggung jawab rakyatnya. Seorang laki-laki adalah pemimpin dan penanggung jawab keluarganya. Dan seorang wanita adalah pemimpin dan penanggung jawab rumah dan anak-anak suaminya.”[102]

Imam Ja`far Shadiq as berkata, “Ada tiga hak yang dimiliki anak atas ayahnya: Memilihkan ibu yang baik, memberi nama yang baik, dan bersungguh-sungguh dalam mendidiknya.”[103]  

Rasulullah saw bersabda, “Hak anak atas ayahnya ialah mengajarkannya menulis, berenang dan memanah, dan tidak memberinya makan kecuali dengan rezeki yang halal.”[104]

Amirul Mukminin Imam Ali bin Abi Thalib as berkata, “Hak anak atas ayahnya ialah memberinya nama yang baik, mendidiknya dengan baik dan mengajarkan al-Quran kepadanya.”[105]

Rasulullah saw bersabda, “Siapa saja yang mempunyai anak perempuan maka ia harus mendidiknya dengan baik, berusaha keras dalam mengajarnya, dan memberikan kepadanya berbagai nikmat yang Allah anugerahkan kepadanya, karena kelak anak perempuannya itu akan mencegahnya dari masuk ke dalam neraka.”[106]

Imam Ja`far Shadiq as berkata, “Ketika ayat ‘Wahai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka’ turun, orang-orang bertanya, Bagaimana caranya kita menjaga diri kita dan keluarga kita dari api neraka? Rasulullah saw berkata, ‘Kerjakanlah perbuatan-perbuatan yang baik, ingatkanlah keluargamu untuk mengerjakannya, dan didiklah mereka untuk taat kepada Allah.’”[107]

Imam Ja`far Shadiq as berkata, “Seorang mukmin senantiasa mewariskan ilmu dan akhlak yang baik kepada keluarganya, sehingga mereka semua baik yang kecil  maupun yang besar bahkan pembantu dan tetangga semuanya masuk surga; sementara seorang pendurhaka mewariskan akhlak yang buruk kepada keluarganya, sehingga mereka semua baik yang kecil maupun yang besar bahkan pembantu dan tetangga semuanya masuk neraka.”[108]

Rasulullah saw telah bersabda, “Didiklah anakmu atas tiga karakter: mencintai Nabimu, mencintai Ahlulbait Nabimu dan membaca al-Quran.”[109]

Amirul Mukminin as berkata, “Tidak ada warisan yang lebih utama yang diwariskan seorang ayah kepada anaknya dari akhlak yang baik.”[110]

Rasulullah saw bersabda, “Muliakanlah anak-anakmu dan didiklah mereka dengan baik, niscaya Allah akan mengampunimu.”[111]

Oleh karena itu, mendidik dan mengajar anak merupakan salah satu kewajiban yang sangat penting dan berat yang diletakkan di atas pundak kedua orangtua. Masa kanak-kanak, terutama pada dua tahun pertama dari usia seorang anak adalah masa yang sangat menentukan. Pada masa itu kepribadian anak belum terbentuk dan ia siap menerima segala macam bentuk pendidikan. Kebetulan, pada periode ini seorang anak berada dalam pelukan kasih sayang ibu dan pengawasan ayah, dan berbagai potensinya berkembang di bawah pengaruh perilaku dan perkataan keduanya, begitu juga kepribadian masa depannya.

Oleh karena itu, nasib seorang anak sampai batas tertentu berada di tangan kedua orangtuanya, dan ini terkait dengan tingkat pendidikan keduanya, dan sampai sejauh mana perhatian yang diberikan keduanya dalam mendidik dan mengajar anak-anaknya. Jika seorang ayah dan ibu benar-benar menunaikan kewajibannya maka ia telah melakukan pelayanan terbesar kepada anak-anaknya dan telah menjamin kebahagiaan dan masa depan yang cerah bagi mereka. Di samping itu, mereka juga akan memperoleh keuntungan dengan memiliki anak-anak yang seperti ini, dan dengan itu berarti mereka telah melakukan pelayanan yang besar kepada masyarakat, karena mereka telah mendidik individu-individu yang berkualitas dan berguna, dan mempersembahkannya kepada masyarakat. Dengan demikian, orangtua yang semacam ini akan mendapat kemuliaan di dunia dan di akhirat.

Sebaliknya, jika mereka bersikap lalai dan masa bodoh dalam menunaikan tanggung jawab besar ini, berarti mereka telah melakukan pengkhianatan dan tindak kejahatan besar kepada anak-anaknya, karena dengan memberikan pendidikan yang salah berarti mereka telah menyiapkan berbagai kesengsaraan bagi anak-anaknya, dan pengkhianatan yang seperti ini tidak akan dibiarkan tanpa balasan pada hari akhirat. Di samping itu, akibat dari pendidikan yang buruk terhadap anak akan dirasakan juga oleh kedua orangtua di dunia ini.

Berbagai problema yang dihadapi para pemuda, seperti penyimpangan seksual, tidak disiplin dan tidak taat pada peraturan, kecanduan narkotika, pengangguran, tindak pencurian, tindak kejahatan, bunuh diri, lari dari rumah, putus asa, resah dan gelisah, tidak mempunyai semangat hidup, mementingkan diri sendiri, tidak percaya diri, lemah kemauan, egois, merendahkan diri sendiri, dan berpuluh-puluh problema akhlak lainnya yang menimpa para pemuda, secara langsung bersumber dari pendidikan yang salah dari kedua orangtua atau setidaknya hal ini mempunyai peranan yang besar dalam masalah ini.

Melahirkan anak itu tidak wajib tetapi mendidik dan mengajar anak merupakan kewajiban seorang ibu. Apa perlunya manusia melahirkan anak jika ia tidak memperhatikan pendidikannya, sehingga hanya akan mempersembahkan individu-individu yang sengsara dan tidak terdidik ke tengah masyarakat, yang akan mencoreng wajahnya.

Amirul Mukminin as berkata, “Musibah terbesar adalah mempunyai anak yang buruk (jahat).”[112]

Seorang anak yang buruk akan menghancurkan kehormatan ayah dan ibunya dan meruntuhkan nama baik moyangnya. Pekerjaan mendidik anak tidak boleh dianggap sebagai perkara sepele yang dapat dilakukan dengan sambil lalu, justru ia merupakan kewajiban yang sangat penting yang harus mendapat perhatian besar dari ayah dan ibu. Rosseau berkeyakinan,

“Memperbaiki masyarakat bukan dimulai dari pemerintah melainkan harus dimulai dari keluarga. Jika ingin memperbaiki perilaku dan kebiasaan umum masyarakat maka harus dimulai dengan memperbaiki perilaku dan kebiasaan keluarga, dan ini mutlak merupakan kewajiban ayah dan ibu.”[113]

Perlu saya ingatkan, bahwa kewajiban mendidik anak bukan hanya berlangsung pada masa kanak-kanak tetapi terus berlanjut hingga anak memasuki usia remaja, bahkan masa remaja dan masa muda adalah masa yang sangat sensitif yang perlu mendapat perhatian yang sangat besar dari kedua orangtua. Pada masa ini orangtua harus benar-benar mengawasi anaknya, namun cara pengawasan yang dilakukan pada masa ini berbeda dengan cara pengawasan yang dilakukan pada saat anak masih kanak-kanak.

 

Sekolah

Pada usia enam tahun biasanya seorang anak mulai masuk sekolah dan ia akan terus bersekolah hingga kira-kira berusia delapan belas tahun. Setiap harinya mereka berada di sekolah kurang lebih sekitar enam jam, ketika kembali ke rumah, selain pada jam-jam tidur, makan dan sedikit bermain, mereka sibuk mengerjakan tugas-tugas sekolah. Dengan demikian, sebagian besar waktunya dihabiskan untuk urusan sekolah. Begitulah ia melalui masa kanak-kanak dan masa remajanya di sekolah.

Seorang anak, menghabiskan enam tahun umur pertamanya dalam lingkungan keluarga di sisi ayah ibunya, namun pada saat memasuki umur tujuh tahun ia mulai memasuki lingkungan yang lebih besar, lingkungan sekolah, yang terdiri dari kepala sekolah, guru-guru dan anak-anak seusianya atau sedikit lebih besar darinya. Lingkungan sekolah adalah lingkungan yang benar-benar baru dan penting bagi anak. Dengan memperoleh pengetahuan-pengetahuan baru dan menyaksikan perilaku anggota masyarakat barunya ia mulai mengkaji ulang semua pelajaran dan perilaku yang diperolehnya di lingkungan keluarga, untuk kemudian memilih bentuk yang tetap bagi dirinya. Oleh karena itu, masa kanak-kanak usia sekolah adalah masa yang sangat penting dan menentukan.

Masa remaja juga masa yang sangat penting dan menentukan. Pada usia ini hasrat seksual mulai tumbuh, sehingga ia sangat memerlukan bimbingan seorang yang bijak yang dapat merencanakan masa depan dan menunjukkan jalan yang benar baginya, dan menjauhkannya dari berbagai penyimpangan.

Pada usia ini seorang remaja mengalami perubahan pada fisik dan mental. Masa remaja adalah masa yang penuh dengan keinginan akan kebebasan diri, pandangan akan masa depan, masa pembentukan diri, masa yang dipenuhi dengan semangat, cinta, harapan, aktivitas, imajinasi, usaha dan rasa ingin tahu. Pada masa yang kritis dan penuh tantangan ini seorang remaja sangat membutuhkan seorang pembimbing yang berpengalaman, tulus dan penuh kasih, yang dapat memahami dengan baik segala perasaan dan keinginan-keinginannya dan kemudian dengan tulus menceritakan berbagai hasil pengalamannya, yang menjadi tempat konsultasi baginya dan mau menolong berbagai kesulitan yang dihadapinya.

Sayangnya, kebanyakan orangtua tidak mampu memahami dengan benar anak remajanya dan begitu juga perasaan-perasaan dan keinginan-keinginannya, sehingga mereka menjadi asing dan tidak akrab dengan anak-anaknya.

Satu-satunya lembaga terbaik yang dapat memenuhi kekurangan ini dan membantu remaja pada masa yang sangat sensitif ini adalah lembaga sekolah. Sekolah adalah lembaga penting yang memikul tanggung jawab yang berat. Sekolah tidak hanya berkewajiban mengajarkan ilmu kepada para anak didik, sekolah juga mempunyai kewajiban untuk mendidik mental dan akhlak para anak didik dan mencegah mereka supaya tidak terjerumus kepada berbagai tindak penyimpangan. Pihak sekolah telah menerima tanggung jawab besar yang suci, dan oleh karena itu mereka harus bersungguh-sungguh dalam pelaksanaannya.

Jika pihak sekolah melaksanakan kewajiban ini dengan benar maka mereka akan memperoleh sebaik-baiknya ganjaran di sisi Allah Swt, dan sebaliknya jika mereka melalaikan kewajiban ini maka mereka akan memperoleh siksa dari-Nya.

Jika dalam hadis-hadis disebutkan bahwa para guru mempunyai kedudukan yang sedemikian tinggi sehingga pada hari kiamat mereka diberikan hak untuk memberikan syafaat, maka itu bukan semata-mata karena mereka mengajarkan ilmu melainkan karena mereka juga mendidik para murid. Murid adalah amanah Ilahi yang diserahkan ke sekolah untuk memperoleh pengajaran dan pendidikan, dan pada rentang masa ini tanggung jawab pendidikan dan pengurusannya berada di atas pundak kepala sekolah dan para guru.

            Imam Ja`far Shadiq as berkata, “Kelak pada hari kiamat Allah akan membangkitkan orang ahli ilmu dan ahli ibadah. Manakala keduanya berada di hadapan Allah Swt, Allah Swt berkata kepada ahli ibadah, ‘Pergilah engkau ke surga,’ sementara kepada ahli ilmu Allah Swt berkata, ‘Berhenti, dan berikanlah syafaat kepada orang-orang yang telah engkau didik dengan baik.’”[114]

Imam Muhammad Baqir as berkata, “Siapa saja yang mengajarkan jalan kebaikan kepada orang lain maka baginya pahala orang yang mengamalkannya, dengan tanpa mengurangi sedikit pun ganjaran orang yang mengamalkannya. Siapa saja yang mengajarkan jalan kesesatan kepada orang lain maka baginya siksa orang yang mengamalkannya, dengan tanpa mengurangi siksa orang yang mengamalkannya.”[115]

Rasulullah saw bersabda, “Semoga Allah merahmati para khalifahku.” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, siapakah para khalifahmu itu?” Rasulullah saw menjawab, “Mereka itu adalah orang-orang yang menghidupkan Sunahku dan mengajarkannya kepada hamba-hamba Allah.”[116]

Alhasil, sekolah memikul tanggung jawab yang sangat berat dalam mendidik dan mengajar para remaja, dan mereka mempunyai peranan yang sangat menentukan.


Radio dan Televisi

            Sekarang ini, radio dan televisi bisa dihitung sebagai media publik yang dapat dijumpai pada hampir seluruh keluarga. Terutama radio, bisa dikatakan tidak ada satu pun pada zaman sekarang ini rumah yang tidak memiliki radio. Di keluarga kaya maupun keluarga miskin, di kalangan berpendidikan maupun yang buta huruf, di kota-kota maupun di desa-desa, di pabrik-pabrik maupun di kantor-kantor, di warung-warung maupun di supermarket-supermarket, di kendaraan-kendaraan umum maupun di kendaraan-kendaraan pribadi, di persawahan maupun di pegunungan, di mesjid-mesjid maupun di majelis-majelis pengajian, di hotel-hotel maupun di warung-warung kopi, alhasil di semua tempat radio dapat dijumpai. Radio adalah media publik yang mengudara siang dan malam, yang kapan saja kita kehendaki dengan mudah kita dapat menggunakannya. 

            Radio telah menjadi salah satu kebutuhan pokok, telah menjadi sarana hiburan, telah menjadi pembimbing, guru, teman dekat, yang menjawab berbagai masalah yang dihadapi. Oleh karena itu, radio termasuk salah satu sarana terpenting untuk mendidik dan mengajar masyarakat, dan dapat memainkan peranan yang sangat penting dalam pendidikan kebudayaan Islam.

            Setelah radio, televisi menduduki peringkat berikutnya sebagai sarana yang sangat penting dalam pendidikan dan pengajaran. Meskipun televisi belum seperti radio dalam luas jangkauan cakupannya, dan tidak semua keluarga memilikinya, serta program-programnya belum berlangsung hingga 24 jam, namun ia mempunyai penggemar yang lebih banyak, dan secara langsung maupun tidak langsung dapat memberikan pengaruh yang lebih dalam kepada para pemirsa, karena program-program televisi biasanya ditayangkan dalam bentuk film, seni dan gambar, sehingga mempunyai daya tarik tersendiri, dan dari sisi ini televisi lebih unggul dari radio. Oleh karena itu, televisi pun dapat memainkan peranan yang sangat penting dalam menyebarluaskan kebudayaan Islam dan dalam mendidik dan mengajar masyarakat.

            Radio dan televisi, di samping dapat digunakan untuk memberikan pelayanan kepada Islam dan masyarakat, yaitu dengan cara menyusun dan menampilkan program-program yang menarik, bermanfaat dan sejalan dengan Islam, sehingga dapat memainkan peranan yang penting dalam menyucikan dan menyempurnakan jiwa manusia, mendidik dan mengembangkan akhlak yang baik, mencegah akhlak yang buruk, dan memajukan negara, ia juga dapat menjadi sarana hiburan semata yang kurang bermanfaat, yang bukan hanya tidak memainkan peranannya dalam pengembangan akhlak yang baik melainkan sebaliknya karena ketidakpedulian dan penayangan acara-cara yang salah malah menjadi sarana penyebaran berbagai penyimpangan dan akhlak yang buruk. Oleh karena itu, sangat penting untuk diperhatikan program-program apa yang mesti ditayangkan dan bagaimana cara mengemasnya.

            Untuk itu, para penanggung jawab radio televisi harus memperhatikan beberapa poin berikut:

    Pekerjaan mereka secara langsung atau tidak langsung adalah pekerjaan budaya yang sangat erat kaitannya dengan masalah pendidikan dan pengajaran masyarakat. Sehingga, dengan memilih pekerjaan ini berarti mereka telah siap memikul tanggung jawab penting, yaitu pendidikan dan pengajaran masyarakat. Jika mereka menunaikan kewajiban ini dengan benar maka mereka berhak mendapatkan pahala yang besar dari Allah Swt, tetapi sebaliknya jika mereka melalaikan kewajiban ini maka mereka berhak mendapat siksa dari-Nya.
    Pendidikan adalah sebuah seni yang rumit dan sensitif dan memerlukan pengetahuan yang cukup. Para seniman, para aktor dan para presenter harus sadar bahwa di sana terdapat berjuta-juta manusia, dengan tingkat usia yang berbeda-beda, pola pikir yang beraneka ragam dan kondisi sosial yang bermacam-macam, sedang memperhatikan omongan dan gerak-gerik tingkah laku mereka, menyerap pengaruh darinya dan kemudian menirunya. Para pemirsa, biasanya tidak begitu menaruh perhatian kepada tujuan para pelaku peran, dari keseluruhan acara mereka hanya menangkap poin-poin yang sesuai dengan kemampuan daya tangkap mereka. Terkadang, bisa saja terjadi dengan hanya mendengar sebuah kalimat atau sebuah gambar dari program yang ditayangkan seseorang dapat berubah, meskipun sebenarnya para pelaku peran (aktor) sama sekali tidak mempunyai tujuan itu.
    Sebagian besar anggaran biaya media massa ini dibiayai dari anggaran negara, yang tentunya berasal dari uang rakyat. Oleh karena itu, ia harus digunakan untuk melayani kepentingan masyarakat, menyebarluaskan pendidikan dan pengajaran yang benar, dan tidak menempatkan program-program hiburan sebagai program yang utama.
    Republik Islam Iran adalah sebuah pemerintahan Islam, ia harus menjadikan penyebarluasan Islam dan nilai-nilai akhlak yang utama sebagai program utama. Oleh karena itu, seluruh program televisi dan radio Republik Islam Iran harus bersumber dari nilai-nilai dan budaya Islam.
    Untuk bisa mencapai tujuan besar ini maka seluruh penanggung jawab radio dan televisi harus terus senantiasa melakukan kontak dengan para ahli Islam dan para ahli pendidikan dan pengajaran Islam. Dengan terjalinnya kerja sama di antara kelompok ini maka akan dapat dihasilkan program-program yang mendidik dan sekaligus menarik, sehingga budaya Islam tidak hanya dapat disebarluaskan di Iran tetapi juga di seluruh penjuru dunia, dan pada saat yang sama dapat menangkal berbagai dekadensi moral.


Para Ahli Agama

            Dalam masalah pendidikan dan pengajaran para ulama mempunyai tanggung jawab yang lebih besar dari yang lain, bahkan mereka yang pertama kali harus disorot dalam masalah ini. Karena, manakala seseorang telah memilih menjadi ulama berarti dia telah siap memikul tanggung jawab untuk menyebarluaskan agama dan nilai-nilai Islam. Para ulama adalah pengganti Nabi saw dan ahli ilmu-ilmu Islam, mereka mempunyai kewajiban melaksanakan pekerjaan Nabi saw dan Ahlulbaitnya as, yaitu mengajar dan menyucikan jiwa-jiwa manusia. Mereka memperoleh nafkah dari baitulmal dan melalui agama, oleh karena itu mereka harus bersungguh-sungguh di dalam menyebarluaskan nilai-nilai agama dan mendidik jiwa manusia. Sedemikian besar pujian dan penghargaan yang diberikan kepada para ulama di dalam hadis-hadis Nabi saw, hingga pada hari kiamat mereka diberi hak untuk memberikan syafaat kepada para pengikutnya.

            Imam Ja`far Shadiq as berkata, “Kelak pada hari kiamat Allah membangkitkan ahli ilmu dan ahli ibadah. Manakala keduanya telah berdiri di hadapan Allah Swt, Allah Swt berkata kepada ahli ibadah, ‘Pergilah engkau ke surga,’ sementara kepada ahli ilmu Allah Swt berkata, ‘Berhenti, dan berikanlah syafaat kepada orang-orang yang telah engkau didik dengan baik.’”[117]

Jika kedua orangtua adalah penanggung jawab pendidikan bagi anak-anaknya, maka para ulama―sebagai ahli pendidikan dan pengajaran Islam―mempunyai kewajiban memberitahukan materi dan metode pendidikan dan pengajaran Islam kepada para orangtua. Jika para guru mempunyai tanggung jawab untuk mendidik dan mengajar anak-anak dan para pemuda, maka para ulama pun mempunyai kewajiban untuk menjelaskan pandangan-pandangan Islam berkenaan dengan masalah pendidikan dan pengajaran kepada orang yang memerlukan. Para ulama, di samping harus berusaha mendidik dan mengajar anak-anak, para pemuda dan yang lainnya dengan tulisan, ucapan dan tingkah laku mereka, mereka juga harus membantu dan bekerja sama dengan pihak radio dan televisi.

Para guru dan pelajar agama tidak boleh bersikap acuh terhadap pengajaran program dan metode pendidikan dan pengajaran Islam dan bersikap seolah-olah Islam tidak mempunyai pandangan berkenaan dengan masalah pendidikan dan pengajaran. 

 

Para Penulis

            Sarana lain yang sangat penting dan efektif dalam pendidikan dan pengajaran adalah buku, majalah dan suratkabar.

            Dapat dikatakan suratkabar dan majalah dapat ditemukan hampir pada setiap rumah, dan sebagian orang menghabiskan sebagian waktu luangnya dengan membacanya. Sebagian orang yang senang membaca sedikit banyaknya tentu membaca buku, sementara orang-orang yang berilmu senantiasa tidak lepas dari buku, majalah dan suratkabar, yang dengan itu mereka bisa menambah pengetahuan mereka.

            Alhasil, kegiatan membaca buku, majalah dan surat kabar telah mengambil sebagian waktu anggota masyarakat, yang dengan begitu tentunya akan memberikan pengaruh kepada jiwa mereka baik pengaruh positif ataupun pengaruh negatif.

            Atas dasar ini, kegiatan penerbitan harus dianggap sebagai salah satu sarana penting bagi pendidikan dan pengajaran masyarakat. Oleh karena itu, para penulis dan para penerbit, dalam kaitan ini mempunyai tanggung jawab yang sangat penting. Karena, nilai dan budaya apa saja yang mereka sebarkan, masyarakat akan terdidik dengan itu. Kalangan pegiat yang bergerak di bidang penerbitan dapat menjadi para penyebar budaya cinta ilmu, budaya sadar kewajiban, budaya kebajikan, kebebasan, cinta keadilan, senang membantu orang, suka berkorban, menjaga kesucian diri, budaya kerja keras, budaya tahan banting dan nilai-nilai kebajikan lainnya; namun mereka juga dapat menjadi penyebar budaya cinta materi, budaya mengejar keuntungan semata, egoisme, budaya konsumtif, hedonisme, tidak taat hukum, pikiran picik, lemah dan tidak tahan banting, suka ingkar janji dan sifat-sifat tercela lainnya.

            Para penulis harus menyadari bahwa dengan tulisan-tulisan mereka, novel-novel mereka, analisa, pujian, kritikan dan bahkan kata-kata mereka telah memberikan pengaruh kepada berbagai lapisan masyarakat, baik pengaruh positif atau pengaruh negatif. Seorang penulis kelak akan mempertanggungjawabkan apa-apa yang ditulisnya di hadapan Allah Swt. Jika ia menjalankan kewajibannya dengan benar ia akan memperoleh ganjaran namun jika ia menulis karya-karya yang memberikan pengaruh yang negatif ia akan mendapat siksa dari Allah Swt.

            Oleh karena itu, menulis bukan sebuah pekerjaan yang mudah melainkan sebuah pekerjaan yang sulit dan penuh tanggung jawab. Seorang penulis harus benar-benar teliti pada materi yang ditulis sehingga tidak bertentangan dengan kebenaran, dan ia harus benar-benar memperhatikan jangan sampai ia menulis sesuatu yang memberikan pengaruh yang negatif kepada masyarakat.


Pemerintahan Islam

            Di antara para penanggung jawab pendidikan dan pengajaran, yang mempunyai kewajiban yang lebih berat dan lebih luas adalah pemerintahan Islam. Pemerintahan Islam harus menjadi pembela Islam, ia harus menyebarkan dan melaksanakan seluruh program-program Islam dalam semua lapangan kehidupan. Sebagai contoh, dalam melaksanakan pendidikan dan pengajaran bagi masyarakat ia harus bersandar kepada dasar-dasar pendidikan Islam. Tiap-tiap anggota masyarakat mempunyai hak memperoleh pendidikan dan pengajaran yang berdasarkan dasar-dasar pendidikan Islam, dan pemerintahan Islam mempunyai kewajiban atas hal ini.

            Pemerintahan Islam harus memberikan perhatian yang serius dan melakukan investasi dengan sungguh-sungguh untuk mendidik anggota masyarakat secara benar dan melindungi mereka dari kerusakan dan dekadensi moral. Ia harus mengundang para ahli pendidikan Islam dan para pakar Islam dan meminta mereka untuk menyusun dan merumuskan program-program yang menyeluruh dan saling mendukung bagi pendidikan dan pengajaran Islam. Setelah itu, menyerahkan program-program tersebut ke institusi-institusi pendidikan, seperti perguruan tinggi, pendidikan dasar dan menengah, para orangtua, lembaga radio televisi, para penyiar dan para penulis, para penanggung jawab suratkabar dan majalah, dan meminta mereka melaksanakan program-program tersebut secara terkoordinasi.

            Di antara semua kewajiban ini, kewajiban mendidik anak-anak, remaja dan para pemuda adalah kewajiban yang paling perlu mendapat perhatian, karena mereka adalah penentu masa depan negara, sehingga bentuk pendidikan yang mereka terima akan sangat berpengaruh besar terhadap masa depan negara, dan setiap tenaga dan fasilitas yang dicurahkan di jalan ini akan sangat berarti. Dan, jika pemerintahan Islam bersikap acuh terhadap kewajiban ini kelak mereka akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah Swt.

            Rasulullah saw bersabda, “Ketahuilah, sesungguhnya setiap kamu adalah pemimpin dan setiap kamu akan ditanya tentang orang yang dipimpinnya. Maka seorang penguasa yang memimpin rakyat kelak akan dimintai pertanggungjawaban tentang rakyat yang dipimpinnya.”[118]         

            Ma`qal meriwayatkan, “Saya telah mendengar Rasulullah saw bersabda, ‘Siapa saja yang memegang kendali urusan kaum Muslim namun ia tidak bersungguh-sungguh dalam memperbaiki keadaan mereka dan membimbing mereka maka ia tidak akan masuk surga bersama mereka.’”[119]

            Ketika Rasulullah saw mengutus Mu`adz untuk menjadi Gubernur Yaman beliau bersabda kepadanya, “Wahai Mu`adz, ajarkanlah kepada mereka Kitab Allah dan didiklah mereka dengan akhlak yang baik.”[120]

            Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib as berkata, “Wahai manusia, sesungguhnya aku mempunyai hak atas kamu dan kamu pun mempunyai hak atasku. Adapun hak kamu atasku ialah aku harus menasihatimu, membagikan harta pampasan perang secara benar di antara kamu, mengajarimu supaya kamu tidak bodoh, dan mendidikmu supaya kamu mengetahui berbagai macam ilmu.”[121]

            Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib as berkata, “Tidak ada kewajiban atas pemimpin kaum Muslim kecuali apa yang telah Allah Swt perintahkan kepadanya, yaitu menyampaikan peringatan, bersungguh-sungguh di dalam memberikan nasihat kepada masyarakat, menghidupkan Sunah, menegakkan hukum, dan menyampaikan amanah kepada yang berhak menerimanya.”[122] 


Faktor-faktor yang Berpengaruh dalam Pendidikan

            Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya bahwa pendidikan dapat berlangsung manakala individu yang dididik mempunyai sejumlah syarat tertentu,  dan ia dapat mengembangkan berbagai potensi yang ada dalam dirinya sesuai dengan kemampuan yang ada pada dirinya. Oleh karena itu, pendidikan bukan merupakan urusan individu yang dapat dilakukan sesuai dengan kehendak pendidik tetapi ia juga harus memperhatikan kondisi dan kemampuan objek didik dan menganggapnya sebagai salah satu faktor penting dalam pendidikan, di samping faktor-faktor lain, seperti faktor orangtua, anggota keluarga yang lain, teman sepermainan, lingkungan tempat tinggal, kondisi ekonomi keluarga, sekolah dasar, sekolah menengah dan perguruan tinggi, teman sekelas, mesjid, lembaga-lembaga agama lainnya, pusat-pusat rekreasi dan bermain, radio televisi, surat kabar dan majalah, buku dan bioskop. Di samping itu, cara berpikir dan bertindak para pesohor dan juga budaya yang berlaku di masyarakat sangat berpengaruh bagi pendidikan individu masyarakat.

            Dalam pendidikan, seorang anak didik dipengaruhi oleh karakter, potensi dan kemampuan yang ada dalam dirinya. Tidak ada satu pun dari faktor-faktor di atas yang dengan sendirian dapat menyediakan pendidikan yang benar kepada anak. Pendidikan yang benar hanya dapat dilakukan melalui sebuah program pendidikan yang terkoordinasi di antara faktor-faktor yang ada.

Jika seluruh faktor yang berpengaruh bekerja sama dalam sebuah program pendidikan dan bekerja keras untuk mencapai sebuah tujuan maka peluang untuk mencapai keberhasilan akan sangat besar. Sebaliknya, jika sebagian faktor bekerja untuk mencapai suatu tujuan namun sebagian faktor yang lain melakukan sesuatu yang bertentangan dengan tujuan tersebut dan berusaha menggagalkannya maka dapat dipastikan tujuan akan sulit tercapai. Sebagai contoh, jika kedua orangtua memperlakukan seorang anak dengan satu cara sementara sekolah memperlakukannya dengan cara lain yang berbeda maka si anak akan merasa bingung jalan mana yang harus ia pilih, dan pada akhirnya akan muncul reaksi yang buruk dan bahkan terkadang berbahaya dari diri si anak.

Oleh karena itu, dalam mendidik dan memperbaiki perilaku seorang anak sangat penting dilakukan kerja sama antara orangtua dan guru. Demikian juga halnya jika para guru bekerja untuk mencapai tujuan tertentu namun program-program televisi dan radio, atau majalah dan surat kabar bergerak ke arah yang bertentangan dengan tujuan yang hendak diraih oleh para guru, maka para orangtua murid tidak dapat berharap banyak untuk dapat mencapai tujuannya.   

            Karena alasan itulah, pemerintahan Islam berkewajiban mengkoordinir dan menyelaraskan berbagai program kebudayaan dan pendidikan masyarakat, dan meminta kepada seluruh lembaga yang terkait untuk sungguh-sungguh bekerja sama melaksanakan program-program tersebut dalam satu koordinasi.[]  

              


[98] Majma` az-Zawâ’id, juz 8, hal., 146.
[99] Majma` az-Zawâ’id, juz 8, hal., 146.
[100] Makârim al-Akhlâq, hal., 517.
[101] Makârim al-Akhlâq, hal., 484.
[102] Shahîh Muslim, juz 3, hal., 1459.
[103] Tuhaf al-`Uqâl, hal., 337.
[104] Kanz al-`Ummal, hadis 4534.
[105] Nahj al-Balâghah, bab Kata-kata Hikmah, no. 339.
[106] Kanz al-`Ummal, hadis 45391.
[107] Mustadrak al-Wasâ’il, juz 2, hal., 362.
[108] Mustadrak al-Wasâ’il, juz 2, hal. 362.
[109] Kanz al-`Ummal, hadis 45409.
[110] Mustadrak al-Wasâ’il, juz 2, hal., 625.
[111] Bihâr al-Anwâr, juz 104, hal., 95.
[112] Ghurar al-Hikam, hal., 180.
[113] Murabbiyan_e Buzurgh, hal., 188.
[114] Bihâr al-Anwâr, juz 2, hal., 16.
[115] Bihâr al-Anwâr, juz 2, hal., 19.
[116] Bihâr al-Anwâr, juz 2, hal., 25.
[117] Bihâr al-Anwâr, juz 2, hal., 16.
[118] Shahîh Muslim, juz 3, hal.,, 1459.
[119] Shahîh Muslim, juz 3, hal., 1490.
[120] Thuhaf al-`Uqul, hal., 26.
[121] Nahj al-Balâghah, khotbah 33.
[122] Nahj al-Balâghah, khotbah 101.