پایگاه اطلاع رسانی آیت الله ابراهیم امینی قدس سره

Wahyu Menurut Bahasa

Wahyu Menurut Bahasa

 

Wahyu menurut bahasa memiliki beberapa makna. Dari seluruh makna tersebut, dapat disimpulkan bahwa wahyu adalah pengalihan sesuatu pada benak orang yang dituju secara cepat dan tersembunyi sehingga orang lain tidak dapat mengetahuinya.

Raghib menyatakan, “Wahyu bermakna isyarat yang cepat karena dalam maknanya terdapat kata kecepatan. Mereka mengatakan, ‘Perintah wahyu.’ Terkadang wahyu bermakna ucapan rahasia. Terkadang pula dengan suara tetapi tidak tersusun. Kadangkala wahyu dengan isyarat tubuh dan terkadang dengan tulisan.”[1]

Ibnu Atsir menjelaskan, “Kata wahyu banyak diulang dan digunakan dalam pembicaraan, penulisan, isyarat, risalah, ilham, dan pembicaraan tersembunyi.”[2]

Seluruh ahli bahasa menyebutkan makna tersebut untuk kata wahyu. Kita tidak perlu menyebutkan pendapat mereka satu per satu.

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa kata wahyu digunakan dalam enam makna berikut: 1) Pembicaraan simbolis yang tersembunyi; 2) suara yang tidak memiliki susunan kalimat yang jelas; 3) Isyarat; 4) Tulisan; 5) Risalah dan pengutusan; 6) Ilham.

Akan tetapi, dari seluruh makna tersebut, hanya dua makna yang dapat diambil. Pertama, kecepatan dalam pemahaman. Kedua, ketersembunyian.

Syekh Mufid menuliskan, “Dasar kata wahyu bermakna ucapan yang tersembunyi. Kemudian, dimutlakkan untuk segala sesuatu yang bertujuan memahamkan sesuatu pada seseorang secara tersembunyi dan tidak diketahui oleh orang lain.”[3]

Allamah Thabathaba’i—semoga Allah meridai beliau—menjelaskan, “Wahyu bermakna isyarat yang cepat.”[4]

Penulis tafsir Ruh al-Bayan menjelaskan, “Dasar kata wahyu bermakna isyarat yang cepat. Disebut sebagai wahyu karena dilakukan dengan cepat. Wahyu adalah seperti halnya memahamkan, pemahaman, dan dipahamkan.”[5]

Secara bahasa, wahyu tidak disyaratkan siapa yang memberi wahyu, bisa Allah, malaikat, manusia, jin atau setan. Begitu pula penerima wahyu tidak disyaratkan siapa atau sesuatu tertentu. Hal ini akan kita bahas pada pembahasan mendatang.

[1] Al-Mufradat, kata wahyu.
[2] An-Nihayah, jilid 5, hal.143.
[3] Tashhih al-I’tiqad, hal.120.
[4] Al-Mizan, jil.18, hal.76.
[5] Ruh al-Bayan, jil.8, hal.344.