پایگاه اطلاع رسانی آیت الله ابراهیم امینی قدس سره

Kata Pengantar

WAHYU DALAM PERSPEKTIF AGAMA-AGAMA LANGIT

Kata Pengantar

Wahyu merupakan pilar dan pondasi dasar kenabian dan sekaligus merupakan hal yang penting dalam agama-agama langit. Wahyu adalah hubungan tersembunyi dan khusus antara Tuhan dan manusia utama pilihan-Nya yang disebut sebagai nabi. Dalam hubungan khusus ini, Tuhan Yang Mahaagung secara langsung atau melalui perantara malaikat penyampai wahyu berbicara dengan utusan-Nya, menanamkan dalam hati para utusan-Nya pengetahuan-pengetahuan, hukum-hukum, dan aturan-aturan serta memerintahkan mereka untuk menyampaikan hal-hal tersebut pada masyarakat. Para nabi dalam hubungan malakuti dan luar biasa ini, melalui pancaran cahaya hati, mampu menerima hakikat dari alam metafisik tanpa perlu mendapat bantuan dari indra mereka atau membutuhkan pemikiran dan menyusun silogisme. Dalam kondisi ini, sumber dari pemberian alam metafisik ini adalah Tuhan Yang Mahamulia dan dengan kesadaran penuh menerima perintah yang sangat berat sebagai penyampai serta merasakan keyakinan dan ketenangan dalam mengemban tugas-tugas tersebut.

Wahyu merupakan fenomena di luar pemikiran manusia, sebuah pengalaman transendental. Kita tidak mungkin dapat mencapai esensi dari wahyu tersebut. Wahyu merupakan kondisi di luar alamiah dan kebiasaan sehingga dengan bantuan peralatan-peralatan teknologi kita tidak dapat mengetahuinya[A1] .

Hakikat wahyu tidak mungkin dapat dikenali dan didefinisikan karena hal itu tidak mungkin dapat kita rasakan dan kita ulang.

Wahyu merupakan kondisi kejiwaan pribadi dan penyaksian hudhuri para nabi yang tidak mungkin dapat dituangkan dengan kata-kata dan tidak mungkin dapat ditransfer pada orang lain. Adapun kekayaan kandungan dari pesan-pesan Tuhan, dapat dipindahkan pada orang lain. Saat nabi memberitakan tentang kondisi wahyu, bukan berarti nabi menyampaikan hal yang di luar kebiasaan pada masyarakat. Orang-orang yang sezaman dan para pendamping nabi menyaksikan tanda-tanda wahyu pada diri beliau tetapi mengetahui hakikat wahyu.

Oleh karena itu, dengan jelas kami sampaikan bahwa kita tidak memiliki kemampuan untuk mengetahui dan memahami hakikat wahyu. Kita tidak mungkin dapat mendefinisikan secara menyeluruh fenomena yang di luar alamiah atau di atas alam materi ini. Para pembaca yang budiman jangan berharap pula akan hal yang demikian. Adapun tujuan kami adalah menjelaskan hal-hal yang dapat membantu pemahaman kita terhadap wahyu,. memberikan pendekatan terhadap hubungan yang khusus dan luar biasa ini dalam gambaran benak kita. Begitu pula penukilan yang kami lakukan dari para ulama dan arif (pelaku jalan spiritual) Islam memiliki tujuan yang serupa. Dengan memahami dan mempelajari ucapan-ucapan para ilmuwan yang memiliki pandangan luas tersebut, dapat memberikan gambaran pada kita semua mengenai hubungan yang istimewa ini.

Ketidakmampuan memahami esensi wahyu bukan berarti bahwa pokok mengenai wahyu dan kenabian serta pengutusan utusan dapat diragukan atau ditolak karena kenabian merupakan satu masalah teologi yang dalam kitab-kitab filsafat dan teologi menjadi pembahasan dan kajian. Dengan pembuktian-pembuktian yang jelas dan kuat, hal itu telah dibuktikan dan tidak pula menghentikan pemahaman tentang esensi wahyu.

Selain itu pula, pengutusan seorang nabi merupakan satu fakta sejarah yang tidak dapat diingkari. Sepanjang sejarah manusia terdapat manusia-manusia istimewa dan terbaik yang menjalankan tugas untuk memberi petunjuk pada manusia dan mengakui dirinya memiliki hubungan dengan Tuhan. Mereka membawa pesan untuk menyelamatkan manusia dari kehancuran dan memberikan jaminan kebahagiaan kehidupan manusia di dunia dan akhirat. Melalui kesaksian sejarah, para nabi adalah manusia-manusia pilihan yang dalam kehidupan mereka sama sekali tidak memiliki titik kelemahan sedikit pun. Mereka adalah manusia-manusia yang amanah, berbuat baik, jujur, ikhlas, dan selalu menginginkan kebaikan. Selain itu, untuk menetapkan kenabian mereka, para nabi memiliki mukjizat, menyampaikan aturan-aturan yang dapat dipercaya dan bijaksana yang bersumber dari Tuhan pada masyarakat. Dengan penuh keimanan dan pembicaraan yang lantang, para nabi menisbahkan hal-hal tersebut pada Tuhan. Mereka mengajak manusia untuk beriman dan menaati seruan mereka. Mengingat mereka adalah manusia-manusia yang amanah dan dapat dipercaya, masyarakat pun mempercayai mereka, menerima ajakan mereka, berjuang, dan berkorban di jalan mereka untuk mewujudkan tujuan-tujuan para nabi.

Kebangkitan dan pencerahan yang dilakukan para nabi merupakan fakta sejarah yang memiliki pengaruh mendalam bagi manusia. Tidak diragukan lagi jika gerakan para nabi sepanjang sejarah tidak pernah terjadi, kondisi dunia saat ini tidak mungkin seperti sekarang ini. Kebangkitan dan upaya mereka para pembawa kenabian yang tulus tidak mungkin dapat diselewengkan oleh para penipu.

Nabi Muhammad saw salah satu cahaya keemasan sejarah para nabi sekaligus nabi terakhir dan paling dekat dengan masa kita, dengan kesaksian sejarah, memiliki sejarah yang jelas dan tercatat bahwa beliau sebelum diutus menjadi seorang rasul adalah manusia yang terkenal di kalangan masyarakat sebagai pribadi yang amanah, jujur, adil, pribadi yang suci, selalu berbuat kebaikan, dan senantiasa menginginkan kebaikan. Beliau memiliki kesehatan jasmani dan keseimbangan ruhani serta menjalani kehidupan yang normal seperti masyarakat pada umumnya. Beliau tidak mampu membaca atau disebut dengan istilah ummi dan tidak pernah memiliki latar belakang dan pemikiran yang buruk.

Beliau menjalani kehidupan demikian sampai usia empat puluh tahun. Setelah itu, kondisi beliau berubah. Dengan penuh keyakinan, beliau berkata, “Aku menyaksikan Jibril dan mendengar suaranya. Dia datang kepadaku atas perintah Tuhanku dan membawa pesan untukku. Aku adalah nabi, aku diperintahkan untuk menyampaikan pesan-pesan Tuhan kepada masyarakat.” Terkadang kondisi beliau berubah total. Manakala beliau kembali pada kondisi normal, beliau menyampaikan hukum-hukum, aturan-aturan, perintah-perintah Tuhan yang bijaksana, pengetahuan dan pengenalan yang sangat tinggi dengan bahasa yang fasih dan ungkapan-ungkapan yang indah. Beliau berkata, “Inilah hal-hal yang diwahyukan kepadaku dari Tuhanku, dengan ungkapan dan kalimat yang tidak berubah. Aku diperintahkan untuk menyampaikan hal tersebut pada kalian. Inilah ayat-ayat dari kitab langit berupa al-Quran. Kitab agama kalian dan merupakan bagian dari mukjizatku. Tidak seorang pun yang mampu menandinginya. Jika kalian ragu, bawakan satu surah yang serupa dengannya.”

Dalam al-Quran diturunkan ayat mengenai masalah tersebut dan merupakan tantangan bagi masyarakat. Allah berfirman, Jika kalian ragu atas apa yang telah Kami turunkan pada hamba Kami, datangkanlah satu surah yang serupa dengannya… (QS. al-Baqarah:23).

Allah berfirman, Tidaklah mungkin al-Quran ini dibuat oleh selain Allah, melainkan pembenaran terhadap manusia yang al-Quran berada padanya. Kitab penjelas, tidak ada keraguan di dalamnya dan berasal dari Tuhan pengatur alam semesta. Apakah mereka mengira bahwa al-Quran dibuat-buat, katakan, “Datangkan satu surah yang persis dengannya. Panggillah siapa yang kalian anggap mampu selain Allah jika kalian benar.” (QS. Yunus:37-38).

Allah berfirman, Katakan, “Andaikan manusia dan Jin berkumpul untuk mendatangkan al-Quran seperti ini, mereka tidak bisa mendatangkannya kendatipun mereka saling bahu membahu.” (QS. al-Isra:88).

Al-Quran dengan penuh ketegasan menyatakan bahwa dirinya adalah mukjizat dan menantang para pengingkar hingga akhirnya dengan kepastian al-Quran menyatakan bahwa mereka tidak memiliki kemampuan untuk mendatangkan hal yang serupa dengannya, seperti yang telah diramalkan al-Quran bahwa mereka tidak mampu berbuat demikian.

Nabi Muhammad saw mengumumkan pada masyarakat bahwa al-Quran bukanlah ucapan dirinya, tidak dapat sesuka hatinya untuk mendatangkan satu ayat atau mengganti satu ayat dengan ayat lainnya. Al-Quran dalam hal ini menyatakan, Dan jika ayat-ayat Kami dibacakan pada mereka, orang-orang yang tidak mengharapkan perjumpaan dengan Kami berkata, “Datangkan al-Quran selain ini atau ubahlah.” Katakan, “Aku tidak memiliki wewenang sekehendak hatiku untuk mengubahnya, aku hanya mengikuti apa yang diwahyukan kepadaku. Jika aku bermaksiat pada Tuhanku, aku takut siksa-Nya pada hari yang agung.” Katakan, “Jika Allah menghendaki, aku tidak akan membacakannya pada kalian dan tidak aku sampaikan.” Sungguh aku telah hidup di antara kalian selama ini, apakah kalian tidak berpikir? (QS. Yunus:15-16).

Allah berfirman, Jika tidak dibacakan pada mereka satu ayat, mereka berkata, “Mengapa engkau tidak menyampaikan sesuatu darimu?” Katakan, “Sungguh aku hanya mengikuti apa yang diwahyukan kepadaku dari Tuhanku. Inilah berita gembira dari Tuhan kalian, petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.” (QS. al-A’raf:203).

Pada ayat yang lainnya, al-Quran menyatakan sebagai ucapan Jibril yang turun atas perintah Allah. Kemudian dengan ucapan yang tegas, menyatakan jika seseorang mendustakan dan menyebut al-Quran sebagai kebohongan Allah, ia akan menerima balasannya. Al-Quran menyatakan, Sesungguhnya (al-Quran) adalah ucapan utusan (Jibril) yang mulia. Bukan ucapan para penyair dan sedikit sekali di antara kalian yang beriman. Bukan pula ucapan seorang tukang tenung, sedikit sekali di antara kalian yang mengingat. Al-Quran diturunkan dari Tuhan Pengatur semesta alam. Andaikan Muhammad menyampaikan sesuatu yang bukan dari Kami, Kami akan menghukumnya dan Kami potong urat nadinya (QS. al-Haqqah:40-46).

Al-Quran adalah kitab yang tidak tertandingi. Diturunkan pada Nabi Muhammad saw secara bertahap selama dua puluh tiga tahun. Dalam kitab ini, terdapat ilmu-ilmu pengetahuan yang di luar batas pemikiran manusia, memberitakan secara terperinci bagian-bagian terkecil dari hari kebangkitan, kehidupan setelah kematian, dan menjelaskan aturan-aturan di setiap sisi kehidupan manusia.

Kitab ini menggambarkan kehidupan para nabi terdahulu dan umat-umat mereka, memberitakan tentang sebagian hal-hal yang metafisik, mengajak manusia pada kemuliaan akhlak dan segala bentuk keutamaan serta memperingatkan manusia dari karakter-karakter buruk dan hina. Al-Quran memiliki aturan-aturan politik dan sosial serta lain-lainnya.

Kekayaan dan ketinggian pemahaman al-Quran diungkap dengan kalimat yang fasih, jelas, dan menggunakan ungkapan yang indah dan mudah tetapi sempurna. Ayat-ayatnya memiliki saja’ dan qafiyah yang khusus tetapi bukanlah puisi dan narasi seperti umumnya.

Ayat-ayat al-Quran memiliki keanggunan dan nilai karya tersendiri. Dengan ketinggian pemahaman dan keindahan ungkapan yang dimilikinya, para sastrawan di masa tersebut terkagum-kagum. Lembaran-lembaran syair dan puisi mereka yang digantung di dinding Ka’bah sebagai sebuah kebanggaan mereka turunkan. Para pujangga pun merasa tidak mampu untuk menandingi karya sastra yang serupa dengan al-Quran.

Yang patut diperhatikan di sini adalah ayat-ayat al-Quran yang indah dan khas tersebut disampaikan oleh seseorang yang tidak dapat membaca dan menulis. Beliau menyampaikan ucapan-ucapan yang tidak umum untuk sosial masyarakat di tempat dan masa itu.

Adapun hadis-hadis Nabi, khotbah-khotbah, dan ucapan-ucapan biasa beliau tidak memiliki kekhususan-kekhususan tersebut dan tidak jauh berbeda dengan ucapan masyarakat pada umumnya.

Karena itu, dapat dikatakan bahwa al-Quran bukanlah ucapan Nabi Muhammad saw melainkan firman Allah yang dipancarkan dalam hati beliau yang bercahaya. Selanjutnya, diungkap dengan kata-kata lalu disampaikan pada masyarakat. Al-Quran merupakan mukjizat beliau yang abadi dan sekaligus bukti terbaik kebenaran kenabian beliau. Mempelajari teks al-Quran dapat mengantarkan kita pada pewahyuan tersebut. Untuk lebih jelasnya, para pembaca dapat merujuk pada kitab-kitab tafsir, teologi, dan akidah.

Qum, Ibrahim Amini, Bulan Mehr 1376 HS.

 

 [A1]cek